Hanya sekedar share saja tentang aktivitas setelah mengenyam pendidikan di Agrucultural Engineering bersama kalian. Harapan kedepan bahwa kita bisa share pengalaman satu sama lain, dimana pun kita. Sehingga bisa memotivasi kita agar menjadi lebih baik. Tidak bermaksud untuk pamer atau apa, namun lebih kearah agar kita bisa belajar dari setiap ilmu yang dimiiki oleh pribadi masing-masing.
Berawal dari idealisme sebagai lulusan teknik pertanian UNEJ, aku tempuh jalan ini. Menjadi seorang pekebun. Terdampar di negri yang belum pernah aku pikirkan sebelumnya. Mungkin kalian dengar dari ceritaku bahwa aku akan mengambil program master. Itu benar, tidak salah. Namun setelah aku piker-pikir, kemampuanku masih kurang untuk mengambil program master tersebut. Ilmuku masih cetek di S1, sehingga aku memeilih belajar dulu di dunia kerja. Harapannya adalah ini sebagai pijakan ku untuk melangkah lebih jauh lagi. Ya kalau pun aku masih belum bisa melanjutkan ke program master, biarlah ia menjadi bagaian dari mimpi dalam hidupku. Karena yang terpenting adalah berani bermimpi. Karena memiliki mimpi itu tidak dipungut biaya alias gratis. Dan aku adalah orang yang suka dengan yang gratisan. Hehe..
Aku sekarang sedang di training oleh PT. Salim Ivomas Pratama Tbk. Bertempat di khayangan estate, Bagan Sinembah, Rokan Hilir, Riau. Namun pertama kali aku di tes di Poltek Jember. Inilah awal dari rasa iriku dengan perguruan tinggi tetangga kita ini. Pasalnya, masalah relasi kerja dengan perusahaan, poltek lebih canggih dan care sekali dengan mahasiswanya. Sedangkan di Unej, kita benar-benar di lepas bebas. Tanpa ada controling yang jelas, dan akan di cari-cari ketika sudah membuahkan hasil.
Tes yang kujalani tak ubahnya seperti tes-tes lain ketika kita melamar kerja. Mulai dari psikologi, interview dan analysis CV serta medical chek up. Tapi disni ada tambahan kawan. Aku di tes berhitung, rumus kimia, pertanian umum, pemupukan, hama dan lain-lain yang aku menjawabnya hanya asal-asalan saja. Maklumlah materi itu semua adalah materi anak-anak agronomy. Tapi entahlah, akhirnya aku menjadi yang terpilih dari yang lainnya. Padahal ketika interview aku menjawab pertanyaan dari interviewer dengan seadanya saja. Karena sebenarnya aku masih tak mau untuk keluar dari jawa. Apalagi kalo sampai di tempatkan di papua. Dan ku pikr, biarlah... Nggak lolos juga nggak pa pa. toh yang terpenting aku tahu apa itu Indofood. Dan perusahaan-perusahan yang tergabung didalamnya.
Ya.. setelah proses itu selesai, masing-masing kami menerima email terkait dengan seragam yang akan digunakan selama training. Dan ketika email aku terima, setelah ku cermati dengan seksama, maka muncullah spekulasi dalam otakku bahwa nuansa kolonialsme pastilah kental ditempat training nantinya. Dan hal itu ternyata terbukti BENAR.
Ini adalah bulan kedua semanjak aku menginjakkan kaki di bumi lancang kuning. Aku belajar mulai dari nol tentang kelapa sawit. Begitu takjubnya diriku ketika melihat berates-ratus hektar tanaman yang biasanya hanya bisa aku lihat melalui telivisi dan internet. Disini, dihadapanku, dan setiap mata memandang, yang ada hanyalah hamparan dari elais guineensis (kelapa sawit).
Dan yang paling mengejutkan adalah, harga dari kelapa sawit itu sendiri kawan. Di Indofood sendiri memeliki kebun dengan total luas ratusan ribu hektar. Dan satu kebun yang luasnya kurang lebih limaribu hektar saja, perharinya mampu menghasilkan uang setengah miliyar. Nah.. silahkan kalkulasikan sendiri, berapa miliyar keuntungan yang diperoleh dari perusahaan ini.
Tapi kawan, hal ini sangat berbanding terbalik dengan kenyataan. Saya melihat bahwa keuntungan tiu hanyalah untuk kalangan top managemen. Saya pun tak sampai hati ketika melihat karyawan rendahan seperti tenaga perawatan ataupun tenaga pemanen. Saya belajar, saya mencoba memhami arti penting dari koin yang di kumpulkan satu persatu dari seorang pekerja. Intinya, bahwa setiap perjuangan dan pengorbann keringat dari sebuah orang tua untuk menfakahi anak istrinya merupakan sebuah nilai yang perlu mendapatkan perhatian yang serius dari kita yang akan melangkahkan kaki di dunia nyata, atau dunia kerja.
Tapi, bagaimanapun ini adalah seni dalam kehidupan. Ketika di univgersitas sebenarnya adalah media yang tepat untuk masa transisi itu. Namun, dalam diri kita seringkali kita terlena dengan masa muda. Ya.. masa muda memnag sebuah masa yang indah bukan. Adalah hak kita untuk menggunakannya sesuai dengan kehenda hati. Tapi pun jangan kebablasan, begitu kata orang tua.. hahaha…
Well.. disni saya menimba ilmu. Disini tempat aku berlatih.. harapan saya kedepan , kita bisa berkeluh kesah bersama. Namun harus dibangun secara kenstruktif, sehingga isinya tidak hanya keluhan-keluhan semata. Tapi adalah salah satu media penyemangat kita sebagai generasi muda yang akan memerdekakan bangsa semeredeka-merdekanya.. hahahaha… (kayak bung karno saja..)
salam dari temanmu yang dulunya sering menggunakan bahasa langit.
Dari negeri lancing kuning muxafir kelana mengabarkan,…
1 comment:
Nice history...
cukup terkesan... sukses selalu bang... :D
Posting Komentar