4 November 2011

Cinta di Ujung Do’a

do'a adalah senjata seorang muslim sejati.
Tak tahu apa yang mesti di ucap. Tak tahu apa yang di harap. Buta, asa ini kehilangan arah. Atas apa yang selama in di cari adalah sebuah ketidakpastian. Angin menerpa, debu seolah manjdi penyeru. Kedepan melangkah, tanpa berbalik arah. Rasa Tak pantas selalu menghantui. Meskipun ia tahu, ia kan mendapatkan apa yang selalu ia pinta. Tapi karena kesadaran yang dalam yang hanya mengharap cinta penuh kasih kepada yang memiliki semua nyawa.
Kadang dadanya merasa sesak, menanti sesuatu yang tak kunjung datang. Dalam mimpi boleh jadi ia bertemu, dan itu adalah penawar rindu yang begitu istimewa. Dan syukur yang kemudian terucap padanya.
Ia sangat tahu, apa dan bagaimana. Karena ilmu yang dimilikinyalah ia sadar akan ketidak pantasan itu. Ia sadra bahwa ia adalah sandal yang terscelup didalam lumpur hitam yang kelam. Namun di balik itu semua, tersimpan sesuatu yang dahsyat dalam dirinya. Kita tak tahu kawan. Karena dirinya menyimpan permata yang tak kan pernah dijamah oleh manusia biasa.
Kadang ia mengangis, tak mengerti apa yang ia tangisi. Menagis untuk siapa pun ia tak tahu. Yang pasti ia selalu berkata-kata. Jikaau benar ini yang namanya cinta, biarlah ia berkomuniakasi dengan cinta itu disetiap bait do’a. Karena kedahsyatan cinta dalam do’a, lebih terasa di bandingkan rayuan gombal dengan beribu tipu.

Kau takkan dapat merasakan kawan, bahkan malaikat pun dibikin  iri. Hati yang selalu di banjiri benih kesyahduan Ilahi, merentas galau yang selama ini bersembunyi di balik topeng. Nanti kawan, ia kan menemui. Menemui bait-bait cinta yang sebenarnya. Meskipun hanya di ujung do’a, tapi yakinlah bahwa sesuatunya kan indah jika pada saatnya].

0 comment:

Posting Komentar