Ku awali untaian kalimat-kalimat yang sudah lama kurindukan untuk menulis ini dengan sebuah kutipan. Ku tipan yang tak sengaja ku temukan di laptop kesayangnku. Laptop yang sempat sakit pada beberapa waktu. Ah tak apalah.. langsung saja inilah kutipannya, diilustrasikan dalam sebuah syair karya Ibnu Hasym, seorang ulama sekaligus pujangga dan ahli hukum dari Andalusia Spanyol dalam bukunya Kalung Burung Merpati (Thauqul Hamamah), "Cinta itu bagaikan pohon, akarnya menghujam ke tanah dan pucuknya banyak buah."
Subhanallah.. hati kian berdesir ketika mendengar kata-kata itu. “Cinta”, pesona keindahan yang begitu memukau walaupun hanya sekedar di bayangkan. Kenikmatan luar biasa! Semua energi kan terkuras hanya untuk merasakan dan memikirkan kata itu.
Namun tak pelik, bahwa pesona itu keindahan itu memudar. Menjadi mush yang nyata. Menyayat hati. Lukanya begitu perih. Bak sebuah luka sayat yang tekena larutan etil-alkohol.
Sebenarnya ini masalah simple. Baik buruk, indah tidaknya sesuatu itu bergantung pada tempat dimana sesuatu itu ditempatkan. Apapun, jika diletakkan pada tempat yang salah. Maka rusaklah semua komponen yang include kedalam sistem itu. Namun, jikalau sesuatu itu dil tekakkan sesuai dengan tempatnya, maka kebahagiaanlah yang kan didapatinya. Begitu pula dengan cinta. Dan begitu pula dengan ber-kholwat. Bukan di artikan berkholwat pada tempat yang tepat loh....!1 (hehe...) dengan siapa dan dimana kita berkholwat.
Bagi hamba yang senantiasa patuh, dan merasakan kenikmatan luarbiasa ketika berhadapan dengan Robbnya. Ketika berhadapan dengan tuaanya. Kaena ia telah menemukan cinta yang luarbiasa dahsyat. Maka bentuk perkholwatan itu sungguh nikmat. Hanya berdua dengan hamba dan Robnya.
0 comment:
Posting Komentar