9 Oktober 2011

Jilbab Biru Muda

Mencoba menyibak tabir di balik indah pesonanya. Derap langkah berbalut tasbih dan istighfar kan terucap dari setiap insan yang beriman, karena alunan takjub yang menggetarkan jiwa. Lihatlah, ia begitu memukau. Kami memanggilnya dengan bidadari. Dan tahukah kalian, Di dalam syurga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni syurga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin (55:56).
Pagi sebelum manusia terbangun dari alam bawah sadarnya. Ia sudah berjalan menyeberang jalan besar dengan mukena yang biasa ia kenakan ketika sholat. Jalanan otomatis masih sepi, kecuali bis antar kota dan orang-orang yang mengambil dagangan dari pasar, dan itu pun jarang. Begitu mantab ia melangkah berdekapkan sajadah. Tak ada sedikit pun rasa takut, karena yang ia tuju adalah rumah Tuhan yang telah menciptakan jagad raya beserta seisinya.
Begitu kemilau senyuman darinya. Seolah penawar akan dahaga keindahan yang selama ini telah memudar. Sulit, sulit sekali untuk dilupakan. Ia begitu terjaga. Pandangan, ucapan dan pola pikirnya kan merajut setiap tali syari’ah. Membentangkan tabir sebagi perisai karena ia selalu menjaga puasa daudnya. Yang membentengi ia dari rasa serakah, ingin di puji, dan ghibah. Padahal sebagaian besar wanita memandang hal itu biasa.
Sayup-sayup ia buka pintu masjid yang belum ada seorang pun di dalamnya. Bahkan ia mendahului mu’adzin. Ia biarkan lampu masjid mati, hingga ada seseorang yang menghidupakannya. Ia merasakan kedekatan dengan Rob sang penguasa alam, bercahayakan lampu penerang jalan yang menembus kaca masjid. Redup memang, namun tidak seredup hatinya, karena hatinya kini telah bercahayakan iman yang menerangi diri dan memancar kesegala penjuru bersama spektrum yang di timbulkannya. Dengan sabar ia tunggu mu’adzin untuk memanggil adzan shubuh. Dan sembari itu ia lantunkan dzikir, sebagai jalan tuk mengantarkan jiwa menuju kenikmatan hakiki yang jarang orang mengerti.
Berasal dari keluarga yang ada, tak menjadikannya lupa akan sesama. Bahkan didalam transaksi kemandiriannya, ia termasuk orang yang sangat-sangat sederhana. Ia bahkan tak malu untuk membeli makanan dengan harga dan tempat yang paling murah. Bukan masalah prestisse yang ia pikirkan, namun arti dari sebuah makanan itu yang lebih di utamakan. Ia tak malu untuk membawa bekal di antara mereka yang mengahmburkan uangnya ketika harus pergi liburan. Ia tak malu membagi ilmu perihal menjaga amanah harta yang di tinggalkan kepadanya. Maka tak salah ia di  posisikan berbeda diantara yang ada.
Siang menjelang, ritual dhuha adalah sedekah jiwa. Berlanjut pada aktivitas biasa, berdandan dengan seperlunya. Ia paham betul bagaimana harus menjaga, parfumnya hanya di peruntukkan bagi orang yang telah halal baginya kelak. Pandangannya menunduk tawadhu’ karena takut kan mengahantarkan kepada penodaan. Ia sadar bahwa pandangannya mengandung sebuah kekuatan. Berjalan bersama balutan keanggunan jilbab membalut sekujur aurat. Allah.. dialah permata yang dicari.
Biru muda, simbolis kedamaian dan kasih sayang, menjadi warna yang melekat padanya. Ia berasal dari satu, yaitu satu sulbi, yang pastilah sangat beruntung bagi orang yang tulang rusuknya menjadi bagian darinya. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi(7:172), Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya (tulang rusuk) Allah menciptakan isterinya (4:1).
Tidak ada yang sempurna, begitu pula manusia. Namun, Ketidaksempurnaan manusialah yang menjadikan manusia itu sempurna. Begitu pula makhluk Allah yang satu ini. Ia adalah permata yang hilang, yang harus segera ditemukan. Ia adalah tulang rusuk yang bengkok. Di biarkan ia memang bengkok, dan apabila di gunakan kekarasan ia akan patah. Maka di butuhkan tangan-tangan yang lembut untuk selalu membimbing kemana ia harus melangkah.
Jilbab biru muda bukan sekedar kisah, namun obat dari segala resah. Usahlah mendesah, karena ia hadir sebagai penawar gelisah.  Dari segala arah kau mengarah, menuju bidadari yang telah lama menanti. Jilbab biru muda  itu ada, karena kini ia sedang membaca. Mebaca untaian sya’ir muxafir kelana….

3 comment:

Mantap tulisannya Bang !!
Lanjutkan !!

akhwat yang di foto itu istrinya antum ?

@abdi:
ya.. mohon do'a untuk terus produktif menulis. akhwat yang di foto adalah hasil jepretan iseng... haha

@sagitaz:
yupz..!! wanita yang baik hanya diperuntukkan laki2 yang baik. an-Nur:26. so.. harus belajar untuk terus menjadi baik.

Posting Komentar