19 November 2011

Rindu dari pecinta sejati


Pukul 2:21 a.m.
Tahukah kalian apa itu rindu? Tahukah kalian bagaimana rasa rindu itu? Dan tahukah kalian kenapa seseorang itu merindui dan dirindui? Ah, gak usah tersenyum-senyum sendiri ketika harus membaca dan menjawab pertanyan-pertanyaan itu. Sebait coretan sya’ir terkadang sudah mampu menjadi obat penawar rindu. Tapi bagaimana mungkin?

Iya, ini sangat mungkin sekali. Bagiku sya’ir tak sebatas pada kata. Tapi ia adalah karunia untuk menjemput sebuah rasa. Maka senyum pun mampu menjadi sya’ir. Alunan jemri ini pun mampu menjadi sya’ir. Kedipan mata ini mampu menjadi sya’ir. Dan bahkan degupan jatung ini, hembusan nafas ini, dan bahkan seluruh apa yang  kau dengar, lihat dan rasakan  mampu kau jadikan sebagai sya’ir penawar dahaga rindu yang membuncah.
Meminjam istilah umum yang menganalogikan mata uang. Dengan kedua sisi yang saling bertautan, tak bisa di pisahkan, itulah gambaran rindu yang tak mungkin terlepas dari cinta. Jangan lah berdegub jantungmu ketika harus membaca lima kata yang tak lekang oleh waktu ketika harus mengejahnya.
Orang mampu merasakan rindu, namun terkadang sulit untuk mendefinisikannya. Namun bagi pecinta sejati rasa rindu itu terdefinisikan dengan jelas di dalam untaian syair kidung malamnya. Karena ia sadar akan epistemolgi hingga aksiologinya, yang mengharuskan ia menerawang jelas apa dan bagaimana arti dari sebuah rasa. Namun atas kuasa yang tidak nyata, ketegaran jiwa berbalut dahaga cinta, kan menempati setiap ruang rindu di dalam qolbu. kau bahkan melihatnya sebai seorang yang gila, namun dibalik tabir kegilaanya tersembunyi sesuatu yang luar biasa. Ketikau kau tak mampu memahami kata-kata ini, berarti terdapat limit terhadap sistematika akson yang sedang kau jalani.
Terlepas dari teorema matematika hidup, ruang rindu tak mampu mejabarkan ukuran tiga dimensi. Karena memang, jangkauan volume dan struktural perhitungannya tembus hingga ukuran empat dimensi bahkan lebih.
Bagi seorang pecinta sejati, ia tahu betul bagaimana harus menembus batas-batas itu. Ia bahkan memahami lebih dari sekedar paham, layaknya socrates yang merenung akan arti bijaksana, begitu pula kecanggihan otak plato yang memikirkan alam semesta. Ia selalu tak berlebihan dalam menyambut sebuah cinta seperti kebanyakan orang pada umumnya, ia cukup  berkata, “assalamu’alikum cinta...” dan selesai.
Batas ruang rindu hanya kan mampu tertembus oleh spektra unsur yang lumayan sulit ku urai dalam lembar putih. Namun sejatinya ada spektra yang mampu membawanya dalam satu untaian jiwa. Dan kalian tahu apakah spektra yang dimaksud? Ya, dia adalah do’a.
Semua berawal dariNya. Dan seorang pecinta sejati akan selalu melewatkan energinya melalui jalur yang tak mampu indera menusia menjangkaunya. Bahasa sederhanya adalah bahwa segala sesuatunya bersal dari yang satu, maka ruang rindu yang tertuju biarlah Ia yang tahu.

0 comment:

Posting Komentar